<table cellspacing="1" cellpadding="1" border="0" align="left" style="width: 411px; height: 294px;">
<tbody>
<tr>
<td style="text-align: center;"><img width="770" height="516" src="http://pertanian-peternakan.umm.ac.id/files/image/Gambar%20Berita/IMG_8073.JPG" alt="" /></td>
</tr>
<tr>
<td>Lingkungan: Pakar kuhutanan Institut Pertanian Bogor Dr Ir Ricky Avenzora M ScF memberikan pandangan tentang kelapa sawit saat sosialisasi sawit untuk Indonesia di UMM , Jumat lalu (3/6).</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<p style="text-align: justify;">Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Ir Damat MP mengatakan, banyak kontribusi yang diberikan oleh industri kelapa sawit. Terutama pada pengembangan wilayah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.<br />
Soal keunggulan, kelapa sawit mempunyai banyak keunggulan. Di antaranya biaya produksi relatif rendah, umur ekonomi tinggi yakni mencapai 25 tahun, mengandung kolestrol, kandungan asam loemak jenuh dan tidak jenuh yang berimbang, hingga kandungan oleat yang relatif tinggi yakni 46 persen.<br />
Selain itu, dari sisi konsumsi, kelapa sawit juga menempati peringkat pertama. Jumlahnya sepuluh kali lipat daripada minyak kedelai.<br />
Damat menilai, wacana moratorium lebih mencerminkan perlakuan tidak adil terhadap satu komoditas. "Bila semua pihak ingin adil. Maka moratorium lebih dapat ditunjukkan untuk tanaman kedelai dan rapeseed (bunga dari Brasil yang menghasilkan minyak)," kata dia di hadapan ratusan mahasiswa UMM dalam acara Sawit Goes to Campus, Jumat lalu (3/6).<br />
Damat melanjutkan, bila tidak ada pembukaan lahan baru, maka supply akan berkurang. Sehingga berakibat pada naiknya harga minyak kelapa sawit. "Harga menjadi tidak kompetitif lagi," jelasnya. Sehingga lambat laun industri sawit akan mati, sehingga kesejahteraan rakyat Indonesia akan terancam.<br />
Damat mengingatkan, moratorium harus mempertimbangkan mutu berbagai aspek secara matang. Mencakup aspek sosial, politik, ekonomi, hingga kedaulatan negara. "Segera lakukan cetak biru industri kelapa sawit nasional," imbaunya. Termasuk di dalamnya peruntukan lahan bagi kelapa sawit dengan melibatkan seluruh pemegang kepentingan.<br />
Selai itu, perlu ada pengembangan budi daya kelapa sawit yang ramah lingkungan serta tidak melakukan pembakaran saat pembukaan lahan." Lakukan peningkatan produktivitas dengan teknologi tinggi yang mudah dan efisien," saran Damat. Dia juga menguslkan agar dilakukan metode konservasi lahan. Misalnya denga terasiring hingga penanaman kacang-kacang di lahan tersebut.<br />
Sumber: Jawa Pos, Radar Malang Senin 6 Juni 2016<br />
</p>