Kaya Manfaat, Sawit Justru Diserang 70 Isu Negatif

Wednesday, June 08, 2016 06:46 WIB   Fakultas Pertanian-Peternakan

 

Ini amat disayangkan. Sebagai komoditas ekspor terbesar di Indonesia tapi industri sawit selama ini bisa dibilang menjadi korban 'kuyo-kuyo'. Sawit acap kali menjadi kambinh hitam dari berbagai isu-isu negatif. Mulai dari persaingan dunia global, perkembangan perekonomian, isu sosial, pengembangan daerah pedesaan, pengentasan kemiskinan, permaslahan lingkungan, hingga tata kelola perkebunan kelapa sawit.
Selain itu, kelapa sawit dianggap boros air, monokultur, tidak sehat, merugikan negara maju dan miskin, tidak disenangi konsumen dunia, dan lain-lainnya. "Saya pastikan, semua itu tidak benar," kata pakar Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Ir Ricky Avenzora MScF di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam acara Sawit Goes to Campus, Jumat lalu (3/6).
Begitu pula dengan isu sosial dan pembangunan pedesaan. Kelapa sawit dianggap hanya dapat dinikmati oleh pemiliknya saja, tidak bermanfaat bagi ekonomi daerah, tidak berkontribusi pada APBD, tidak sesuai untuk tenaga kerja desa, mengakibatkan banjir, kekeringan, dan melanggar hak asasi manusia (HAM). "Itu semua tidak benar," tegas Ricky.
Dia mengatakan, ada lebih dari 70 isu negatif yang beredar mengenai industri sawit. Dia memastikan, semuanya adalah palsu belaka. "Ada ketidakseimbangan informasi serta pengaburan fakta tentang isu-isu terkait perkebunan dan pengelolaan minyak kelapa sawit di Indonesia," ujar sarjana konservasi pertama di Indonesia itu.
Sehingga Ricky menyarankan, agar masyarakat tidak mudah percaya dengan isu negatif yang beredar. "Saya berharap, kalian mulai melek fakta," imbaunya.
Menurut Ricky, industri kelapa sawit pasti mempunyai kelemahan. Namun, jangan menjadikan itu sebagai hal untuk mematikannya. Sebab, pasti ada solusi-solusi terbaik yang dapat dilakukan. "Tak ada gading yang tak retak. Mari kita bersama memperbaikinya. Jangan malah dihancurkan," pungkasnya.
Sumber: Jawa Pos, Radar Malang Selasa, 7 Juni 2016

Shared: