Dr. Ir. Elfi Anis Saati, MP (Dosen Ilmu & Teknologi Pangan-FPP UMM) |
Prestasi nasional kali ini hadir dari Dr. Ir. Elfi Anis Saati, MP dalam laga dosen berprestasi. Dalam ajang kali ini, dosen yang genap berusia 48 tahun ini melontarkan ajang dosen berprestasi ini menguras cukup banyak tenaga dan fikiran karena proses seleksi yang cukup panjang dan ketat. Pemilik 8 hak paten dan beberapa prestasi dari Ibu ini meliputi penyaji terbaik pada 2008 dan 2011 DPPM DIKTI, penerima bantuan seminar Luar Negeri (2011), dosen berprestasi I UMM (2006,2008,2014),dosen berprestasi I KOPERTIS VII Jawa Timur 2014, The Best Five (5) Poster Product Halal Excelent pada World Halal Research Internasional di Kuala Lumpur (2011). Tidak hanya prestasi, ibu tiga anak ini pun terlibat dalam organisasi nasional seperti PATPI dan HMP2I.ini menambahkan, pada awalnya ditingkat universitas sendiri, seleksi yang dihadapi tidak hanya karya dari masing-masing dosen, melainkan pengetahuan mengenai tata cara ibadah baik dari shalat, tartil al-Qur’an dan juga tingkah laku. Prosesi demikian yang menurut beliau tidak banyak dilakukan oleh perguruan tinggi lain bahkan bisa dikatakan UMM merupakan satu-satunya yang menerapkan seleksi seperti demikian. Setelah lolos sebagai dosen berprestasi tingkat Universitas, perjalanan Ibu Elfi selanjutnya ialah berlaga ditingkat kopertis Jawa Timur. Pada tingkat ini,menyatakan penyelanggara menuntut peserta untuk turut aktif dalam pendalaman materi peserta lainnya. Lolos dari seleksi tingkat kopertis Jawa Timur, berbekal karya ilmiah unggulan yakni pigmen antosianin dari bahan lokal, Ibu yang pernah menjadi ketua jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan ini menapakan kaki ke Jakarta untuk berkompetisi ditingkat Nasional. Agenda yang berlangsung selama 4 hari tersebut, dimulai pada 26 Oktober 2014, memberikan kesan terdalam bagi Ibu Elfi.Beliau menyatakan kompetisi tidak hanya dijadikan ajang untuk unjuk kebolehan, prestasi dan eksistensi, namun sebagai ajang silahturahmi dan berbagi ilmu dengan finalis lainnya. Beliau menuturkan banyak dosen berprestasi muda yang memiliki karya “melangit”, namun tidak meninggalkan kewajiban “mendunia”nya. Sebagai tenaga pendidik, seorang dosen tidak hanya harus berkutat untuk melakukan penelitian hingga memperoleh akuasisi, namun harus mengaplikasikan kepada masyarakat.