FPP Harus Go International

Jum'at, 30 Desember 2011 10:52 WIB   Fakultas Pertanian-Peternakan

AJAK SHARING: Dekan FPP, Damat, memberikan sambutan pada peserta sarasehan di Hall Hotel Inn

Demi meningkatkan kualitas lulusan mahasiswa, Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP) UMM menggelar Sarasehan Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian se Indonesia (22-23/12/2011) di Hall UMM Inn. Peserta yang diundang dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se Indonesia.

Dalam sambutannya, Damat, selaku dekan FPP UMM menjelaskan tujuan acara tersebut. “Dengan adanya acara ini, kita nanti bisa saling berbagi dan ada luaran berupa kerjasama antar Fakultas Pertanian dari semua PTM se Indonesia,” ujarnya. Ia berharap bahwa lulusan FPP tidak hanya mempunyai IPK yang bagus saja, tetapi lebih dari itu.

Dalam kesempatan yang sama, Muhadjir Effendy, Rektor UMM, memberikan orasi ilmiahnya terkait kemajuan yang diraih oleh FPP. Menurutnya, persaingan PT di Indonesia sangat terbuka, bahkan bisa dikatakan tidak toleran. Karena itulah, muncul tiga tantangan yang harus dihadapi oleh UMM maupun PTM yang lain. “Pertama, kita harus memperkuat kapasitas, kedua memperkuat jaringan, dan ketiga adalah internasionalisasi,” ujar pria yang tinggal di Jl. Sukarno Hatta, Malang itu.

Para dosen FPP bisa menerbitkan jurnal dan berkolaborasi dengan Fakultas Pertanian PTM lain. Dosen-dosen UMM diharapkan menerbitkan jurnal dalam bahasa Inggris. “Kalau kita ingin mengejar predikat universitas berkelas dunia, kita harus kerja sama dengan perguruan tinggi luar negeri, dan itu adalah mutlak,”  tegasnya. Masih menurut Muhadjir, ia menggagas tim penerjemah di UMM agar dosen-dosen FPP bisa menerbitkan jurnalnya dalam bahasa Inggris dan Arab.

Ia berpendapat bahwa UMM maupun PTM yang lain tidak perlu mengejar kampus top dunia. Minimal bisa bekerjasama dengan salah satu PT di Amerika saja sudah bagus. “Serendah-rendahnya PT di Amerika masih berpredikat bagus di mata dunia,” tuturnya. Untuk mewujudkan visi tersebut, UMM siap mengirim dosen-dosen FPP ke luar negeri. Ia pun menekankan bahwa setiap dosen UMM, khususnya FPP harus menguasai bahasa Inggris dan Arab. “Kalau tidak bisa bahasa Inggris, akan seperti orang udik,” lanjutnya.

Sebelum ia menutup orasinya, ia bercerita tentang kunjungannya ke Swiss. “Di Swiss, pertanian sangat dilindungi, bahkan ada PT yang mempunyai Botanical Garden (Kebun Raya, red),” terangnya. Yang menakjubkan adalah kebun tersebut dibiayai pemerintah dan bisa digunakan untuk tempat rekreasi. Ia berharap pemerintah jangan mengimpor bahan-bahan alam terus, seperti beras, kentang, dan lain sebagainya. “Pemerintah harus memproteksi sektor pertanian dan menyejahterakan petani,” kata doktor lulusan Universitas Airlangga  (Unair) tersebut.

 
(Fuad/Debby Wahyu Pinayungan: 08220391/Tri Wiryani: 08220402)

.

Shared: