FPP-UMM jadi Ketua Penyeleksi SMD Se-Jatim
Dua tahun berturut-turut UMM dipercayai menjadi ketua penyeleksi program Dirjen Peternakan untuk program Sarjana Masuk Desa (SMD). Kali ini, sosialisasi mengenai program itu dilaksanakan di GKB 2 (15/5). Para peserta hadir dari seluruh alumni peternakan se-Jawa Timur (Jatim) untuk menyimak sosialisasi setahun sekali itu.
SMD adalah program tahunan pemerintah untuk membantu alumni Jurusan Peternakan membuka lapangan pekerjaan. Abdul Malik selaku ketua seleksi SMD Jatim mengatakan jika program ini hanya dikhususkan bagi alumni yang belum memiliki pekerjaan. Target yang akan dicapai adalah meningkatnya swasembada hewani dan pangan sumber hewani. Sedangkan banyaknya dana yang disediakan pemerintah sekitar Rp 100-400 juta per orang untuk satu rencana program.
Malik menjelaskan syarat mengikuti program SMD ini cukup mudah. Alumni yang tertarik mendapatkan dana hibah itu hanya menyerahkan proposal rencana program dan memiliki kelompok usaha yang terdiri dari masyarakat sekitar. “Setelah proposal kami terima, baru kami lakukan tes tulis, tes wawancara, dan tes lapang,” ujar dosen Peternakan itu.
Jumlah kuota yang disediakan pemerintah untuk tahun ini sebanyak 700 rencana program. Dari jumlah itu, Malik berharap alumni UMM mampu memperoleh lebih dari 10 persenya. ”Minat alumni UMM terhadap program SMD ini cukup besar. Semoga program-programnya cukup bagus untuk peroleh pembiayaan itu. Namun kami tetap professional dan objektif menilai setiap proposal yang masuk,” ungkap Malik.
Sementara itu, Ali Mahmud Ketua Asosiasi SMD Jatim turut memberikan asumsi jika program kerja yang akan diusulkan peserta harus benar-benar bagus dan asli rencana sendiri. Jika tidak, tambahnya, kesempatan itu akan hilang begitu saja. “Persaingan untuk tahun ini benar-benar ketat, buatlah program sebagus mungkin,” pesanya kepada ratusan peserta.
Menurut Ali, parameter kesuksesan program mencakup pertumbuhan populasi (kelahiran dan pembelihan ternak), pengembangan modal, dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan kelembagaan. “Yang terpenting adalah apa yang kita tulis di proposal sesuai dengan di lapangan,” pungkas alumni peraih Rp 325 juta untuk program sapi perah itu. Siti yuliana