Potensi Indonesia akan ketersediaan bahan baku sangatlah beragam. Tercatat Indonesia mempunyai sekitar 40 jenis tanaman atsiri dari 99 jenis tanaman atsiri di dunia. Hal ini menjadikan potensi bagi peningkatan nilai tambah ekonomi melalui industri pengolahan dalam negeri. Alasan inilah yang menjadi latar belakang diadakan Kuliah Tamu dengan bertema “Peluang Pengembangan Industri Atsiri di Tengah Pandemi” yang diselenggarakan pada akhir November. Narasumber yang didatangkan adalah Ibu Raeti, Direktur Utama PT. Pemalang Agro Wangi.
PT Pemalang Agro Wangi dipilih sebagai narasumber dikarenakan industry tersebut bergerak pada bidang essential oil.Industri yang telah diresmikan pada tahun 2004, terus berperan aktif dalam memajukan pertanian dan industri esensial, terutama saat itu untuk komoditas Nilam di Pemalang, dan seluruh wilayah di Indonesia dengan target ekspor mandiri. Menurut Raeti, sebagai negara iklim tropis Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga bisa menjadi episentrum untuk pengembangan sektor IHMA (Industri Hilir Minyak Atsiri). Sehingga ini merupakan peluang besar untuk memperluas usaha atau meningkatkan investasi guna memperbanyak kesempatan lapangan kerja. Beberapa jenis minyak atsiri tropis Indonesia antara lain minyak cengkeh, sereh wangi, nilam, pala, akar wangi, dan kayu putih. “Produk olahan minyak atsiri bisa digunakan sebagai bahan baku industri jamu dan fitofarmaka, seperti minyak jahe dan minyak sereh. Seluruh jenis produk turunan minyak atsiri dipercaya mempunyai khasiat positif untuk kesehatan,” paparnya.
Kegiatan kuliah tamu kali ini, disambut baik oleh pihak Fakultas Pertanian dan Peternakan. Pasalnya FPP mempunyai fasilitas lahan hutan produksi dan hutan konnservasi seluas 258 ha. Hutan kampus ini mempunyai banyak komoditas tanaman, sehingga bisa dikembangkan sebagai bahan baku minyak atsiri. “Perlu dilakukan bisnis kolaboratif antara PT.Pemalang dengan FPP, agar bahan-bahan alam asal Indonesia bisa terus dieksplorasi agar bermanfaat bagi manusia, melalui integritas dan keuntungan yang diperoleh seraca inovatif,” ungkap Aris.(RAN/hum)