Riza Rahman Hakim penemu pakan ikan dari limbah biji jarak |
Biji jarak memang sudah lazim dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar akhir-akhir ini. Namun siapa sangka, ternyata limbah yang dihasilkan dapat disulap menjadi bahan baku pakan ikan sumber protein yang sangat ekonomis. Reza Rahman Hakim S.Pi, M.Sc., Dosen Jurusan Peternakan FPP UMM telah membuktikan hal tersebut melalui penelitiannya. Berkat hasil temuannya itu pula, dosen asal Bojonegoro itu berhasil menyandang gelar Master of Science dari Department of Aquaculture, Kasetsart University, Thailand.
Idenya itu muncul ketika melihat kenyataan di Indonesia mengenai kurangnya bahan pakan sumber energi. Menurutnya, bungkil kedelai dan tepung ikan sebagai sumber protein saat ini mulai sulit didapatkan dan keberadaannya bersaing dengan kebutuhan manusia. Didasari oleh hal itu, tambahnya, sangat perlu ada bahan baku pakan ikan sumber protein yang bisa menggantikan fungsi bungkil kedelai yang mahal tersebut. “Setelah diambil minyaknya, limbah bungkil biji jarak itu terbuang dan tidak termanfaatkan. Ternyata limbah ini mampu mengganti 75 % tepung kedelai, tentu ini sangat efisien dan ekonomis,” Ujar peraih beasiswa luar negeri Dikti itu.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan, agar dapat dijadikan pakan, bungkil biji jarak tersebut harus dilakukan detoksifikasi terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan toksin dan zat anti nutrisinya. Pada proses itu, Ia bekerja sama dengan Departemen Kimia, Kasetsart University. Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa kandungan protein kasar bungkil biji jarak hampir sama dengan bungkil kedelai. “Ternyata kandungan asam amino bungkil biji jarak juga lebih baik daripada bungkil kedelai” Tambah Dosen yang pernah menjadi penyaji terbaik penelitian dosen muda Kopertis VII tersebut.
Bungkil biji jarak menurutnya masih sangat langka diterapkan di Indonesia. Hal itu semakin meyakinkannya akan potensi yang besar untuk mengembangkannya. Kedepan Ia berencana akan terus mengembangkan penelitiannya itu hingga bisa dimanfaatkan secara luas pada dunia perikanan. “Apalagi kedepan UMM akan mengembangkan unit produksi biodiesel biji jarak, tentu ini adalah hal yang sangat strategis untuk terus dikembangkan sehingga benar-benar bisa terintegrasi dan zero waste,” paparnya.
Melalui studinya di negeri Gajah Putih itu, Ia juga memaparkan bahwa kemajuannya dalam mengelola sektor budidaya perikanan patut dicontoh oleh Indonesia. Disana, terangnya, semua peternak ikan mulai skala kecil hingga skala industri telah menerapkan tata cara beternak ikan yang baik atau Good Aquaculture Practice. Selain itu, hubungan yang baik antara universitas dan stakeholder juga sangat terlihat. “Disana universitas sudah menjadi rujukan stakeholder dalam penyediaan benih ikan berkualitas,” imbuhnya. (agung)