Sehatkan Tanaman Dengan Biopestisida

Sabtu, 02 Juni 2012 09:52 WIB   Fakultas Pertanian-Peternakan

PULIH: Tanaman sebelum diberi Biopestisida (kiri) dan yang setelah diberi

Keberhasilan pembangunan pertanian selama ini telah memberikan dukungan yang sangat tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia, namun demikian disadari bahwa dibalik keberhasilan tersebut terdapat kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki. Banyaknya masukan bahan-bahan anorganik yang tinggi terutama bahan kimia pertanian yang berbahaya bagi kesehatan dengan dosis tinggi secara terus menerus dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

Karena dampaknya berbahaya, perhatian masyarakat dunia perlahan mulai bergeser ke pertanian yang berwawasan lingkungan. Di Indonesia sendiri, gaung pertanian organik sudah berkembang sekitar 10 tahun yang lalu, akan tetapi pemainnya dapat dihitung dengan jari. Kemudian meningkat pesat sejak terjadi krisis moneter, dimana sebagian besar saprodi yang digunakan petani melonjak harganya berkali-kali lipat.

Petani mulai melirik alternatif lain dengan model pertanian organik. Melalui proses adaptasi, pertanian organik mulai digeluti dan mendapat respon yang cukup baik, dengan ditandai oleh bermunculnya kelompok petani organik di berbagai daerah. Keuntungan pokok pertanian organik sangat bervariasi, dalam beberapa kajian ekonomi menyatakan bahwa pertanian organik memiliki akses nyata terhadap prospek jangka panjang.

Beberapa studi menunjukkan bahwa pertanian organik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan pertanian konvensional. Terutama pada sistem pertanian organik melalui diversifikasi tanaman, perbedaan pola tanam dan jadwal tanam dapat mendistribusikan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan waktunya.

Sektor pertanian memang merupakan hal yang penting untuk dirawat dan dilindungi, karena sangat berkaitan langsung dengan kebutuhan pangan. Perlindungan terhadap berbagai macam tumbuhan harus dilakukan oleh semua petani seintensif mungkin. Untuk melindungi tanaman dari hama penyakit, Prof. Dr. Ir. Dyah Roeswitawati, M.S., dosen Agroteknologi, menciptakan sebuah ramuan berupa biopestisida.  

Biopestisida merupakan ramuan yang terbuat dari jamur dan bakteri antagonis yang sudah diuji kemampuannya menekan perkembangan penyakit yang menyerang tanaman, tanpa mengakibatkan polusi (kerusakan lingkungan dan aman bagi hewan piaraan dan manusia). “Saya berharap agar biopestisida ini bisa disuluhkan ke petani,” ungkapnya. Ia juga berkeinginan untuk mengomersilkan sekaligus mengajak para petani untuk menggunakan bahan nabati.

Sebagai gambaran, di Austria dan Switzerland menunjukkan bahwa kebutuhan pertanian organik diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen, sedangkan Amerika, Perancis, Jepang dan Singapura meningkat rata-rata 20 persen setiap tahun. Permintaan akan produk-produk organik merupakan peluang dunia usaha baru baik untuk tujuan ekspor maupun kebutuhan domestik,” ujarnya.

Beberapa negara berkembang pun mulai memanfaatkan peluang pasar ekspor produk organik ini terhadap negara maju, diantaranya buah-buah daerah tropik untuk industri makanan bayi ke Eropa, herbas Zimbabwe ke Afrika Selatan, kapas Afrika ke Uni Eropa, dan teh Cina ke Belanda dan kentang ke Jepang. Umumnya, ekspor produk organik dijual dengan harga cukup tinggi, biasanya 20 persen lebih tinggi dari produk pertanian non-organik.

Shared: