SELAMAT BERTUGAS: Damat membacakan sumpah jabatan dihadapan para fungsionaris |
Mahasiswa disebut agent of change karena merupakan generasi yang dapat mengubah kondisi sekelilingnya, terutama kampus. Tetapi, predikat tersebut hanya bisa berjalan dengan baik dan efektif jika ada sinergi dari beberapa individu. Organisasi merupakan wadah yang tepat untuk minsinergikan pikiran yang memiliki visi untuk mengubah keadaan lebih baik. Sebelum organisasi dibentuk, ada kaderisasi yang dilakukan untuk mencari bibit-bibit kepemimpinan. Setelah kaderisasi, barulah dilaksanakan pelantikan.
Hal tersebut dilakukan Fakultas Pertanian-Peternakan (FPP) dalam rangka pelantikan organisasi intra yaitu Senat Fakultas (Sefa), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (Bemfa), dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis (28/6). Dekan FPP, Dr. Ir. Damat, M.P. saat memberikan pengantar, bertanya kepada seluruh fungsionaris yang akan dilantik tentang ukuran kesuksesan. “Apakah sukses ditentukan oleh IPK bagus, wajah tampan atau cantik? Yang jelas softskill merupakan penentu kesuksesan, dan skill tersebut bisa diasah dengan berorganisasi,” jelasnya.
Ada beberapa hal yang ia jelaskan, skill apa saja yang harus dimiliki dan diasah oleh mahasiswa, khususnya fungsionaris lembaga intra. Yang pertama adalah kemampuan berkomunikasi. Ia berharap, dengan aktif dalam organisasi, kemampuan komunikasi dapat dimaksimalkan. “Kalian bisa mendatangkan Komandan Kodim (Dandim) sebagai pembicara (pelantikan) sudah sangat bagus,” pujinya. Itu tandanya, lanjutnya, calon fungsionaris telah mempunyai kemampuan melobi orang besar.
Ketika mahasiswa telah lulus kuliah dan bekerja, ia akan menghadapi banyak varian karakter orang. Mulai dari bagian keamanan hingga direktur. Tetapi jika skill mahasiswa sudah terlatih, tidak akan menjadi masalah. Untuk skill kedua, yaitu jujur. Sebagai mahasiswa khususnya fungsionaris harus memiliki etika. Kejujuran sangat penting terutama di dunia kerja. “Kalau anda tidak jujur, rezeki yang anda dapatkan tidak akan barokah,” tegas dosen ITP tersebut.
Skill ketiga adalah kerjasama. Skill yang ini juga tidak kalah penting. Sekalipun pintar, dunia kerja tidak membutuhkan karakter individualis. Ia berpesan agar setiap fungsionaris untuk menyeimbangkan organisasi dan kuliah. Dalam hal tersebut, ia mencontohkan alumni Agronomi angkatan 2008, Robby Wahyu Fahlevi. Robby tidak hanya kuliah dan lulus dengan IPK terbaik se-Universitas, tapi juga aktif di lembaga intra, bekerja paruh waktu (part time) di kampus.
Bahkan, ia juga berhasil membuat event, dimana dalam event tersebut ia menghimpun aktivis BEM Fakultas Pertanian se-Indonesia. Hal itulah yang membanggakan kampus, khususnya FPP. Jangan sampai banyak waktu yang terbuang untuk melakukan tindakan yang kurang produktif. Setelah sesi pelantikan, Prasetya selaku Dandim asal Jombang memberikan materi tentang kepemimpinan. “Saya merasa bangga menjadi alumni UMM karena begitu saya diundang ke sini, saya menjabat sebagai Dandim,” katanya disambut tepuk tangan fungsionaris.
Pemimpin yang baik selalu berorientasi pada komitmen. Ia harus bisa mengarahkan anak buahnya, mau dibawa kemana mereka. Selain itu, Prasetya juga memberi saran bahwa pemimpin harus bisa membuat terobosan agar organisasinya berjalan dengan baik, delegasi tugas karena tidak mungkin seorang pemimpin bisa menjalankan tugas sendirian, jangan ada jarak antara pimpinan dengan anak buah, cerdik menyiasati masa depan, harus bisa memengaruhi bawahan untuk berorientasi pada hasil, dan bisa memotivasi bawahan ketika kinerja mereka kurang sesuai dengan harapan.
“Jika ingin menjadi pemimpin yang baik dan dekat dengan anak buah, seorang pemimpin harus tahu watak, watuk (batuk) dan wahing (bersin) setiap anak buahnya,” terangnya. Dengan mengetahui ketiga hal tersebut, pemimpin akan dapat menyelesaikan masalah yang terjadi dalam organisasinya.